Hanya Passion?

novieocktavia:

“Ada yang lebih penting daripada sekedar mengikuti passion, yaitu menjadi bermanfaat.” – Mutia Prawitasari

Itulah sebaris kalimat yang ditulis oleh Teh Mutia yang saya baca di linimasa Tumblr beberapa waktu yang lalu. Sekali lirik, saya tak butuh banyak waktu untuk sepakat. Ya, saya sepakat, sebab memang benar bahwa menjadi bermanfaat dengan segala yang ada dan belum ada dalam diri, yang diketahui dan belum diketahui, tentu lebih penting daripada sekedar mengejar satu bagian hidup bernama passion.

Passion, betapa kata itu menjadi sangat ramai dibicarakan di kalangan anak muda saat sekarang. Pasalnya, saya tidak hanya mendapatinya di obrolan-obrolan bersama teman satu lingkaran, di kantor, atau di cuap-cuap media sosial, tapi juga ternyata banyak dibicarakan di seminar, workshop, atau bahkan diskusi online. Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah menemukan passionmu? Apakah kegiatan yang sangat kamu suka dan kamu tidak pernah bosan dalam melakukannya? Apakah yang membuatmu ingin selalu bergerak?

Disadari atau tidak, mengejar passion seringkali bersisian dengan keberadaan ego pribadi. Entah itu ego untuk menunjukkan diri, mengaktualisasikan diri, atau bahkan untuk mengabarkan pada dunia tentang kemampuan-kemampuan diri. Padahal, terlepas dari berbagai ego pribadi tersebut, anak-anak muda dianugerahi energi yang jauh lebih besar untuk menggerakkan passionnya pada tujuan yang lain daripada hanya sekedar bertujuan untuk mewujudkan ego pribadi, bukan? Tentu! Sebab, secara umum kita semua dianugerahi kesempatan, peluang, dan energi yang sama besar untuk bisa menjadi bermanfaat dengan passion yang kita punya. 

Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan dengan passion kita sebagai generasi muda? 

Kita perlu melunakkan ego agar bisa memperjalankan passion yang kita miliki di jalur yang selaras dengan kebermanfaatan. Mengapa perlu demikian? Sebab, passion memiliki keistimewaan dan kekuatan yang besar untuk menggerakkan seorang individu dalam melakukan sesuatu. Pernah melakukan sesuatu sampai lupa waktu dan lupa lelah tapi sangat bahagia menyelesaikannya? Ya, seperti itulah hebatnya bergerak dengan passion. Dampaknya tentu akan sangat luar biasa jika kita menggunakan passion yang dimiliki sebagai kendaraan agar bisa bermanfaat untuk sekitar dan sesama manusia.

Lalu, bagaimana caranya agar passion yang dimiliki bisa menjadi bermanfaat?

Pertama, berkenalanlah lebih dalam dengan diri sendiri dan temukanlah kekuatan apa yang melekat pada diri. Dengan mengetahui hal ini, kita akan lebih mudah memetakan amunisi-amunisi apa sajakah yang bisa digunakan untuk menguatkan passion yang dimiliki. Banyak cara untuk dapat melakukannya: bisa dengan membuat list kelebihan dan kekurangan, bertanya pada orang-orang yang dipercaya, mengikuti serangkaian tes psikologi, atau dengan mengikuti training pengembangan diri. Tentunya, jangan lupa juga untuk mencari tahu lebih lanjut tentang seluk beluk manusia dan tujuan penciptaan manusia dalam Al-Qur’an, ya!

Kedua, pekalah terhadap apa yang sedang terjadi di sekitar. Lihat, dengar, rasakan, dan berempatilah! Dunia ini tidak sedang baik-baik saja, kita sedang dihadapkan pada banyak masalah di berbagai sektor. Ada pendidikan yang kualitasnya tidak merata, ada kasus kelaparan, ada kemiskinan kaum marginal, ada masalah-masalah kesehatan yang masih jauh dari MDGs (Millenium Development Goals), ada anak-anak muda yang galau menentukan tujuan hidup, perang-perang pemikiran, anak dengan kasus kecanduan games dan pornografi, dan masih banyak lagi.

Ketiga, pikirkanlah, “Dengan passion dan kekuatan diri yang ada, di ranah manakah saya bisa berkontribusi?” Ini penting untuk dicari jawabannya, sebab dengan begitu kita akan mengetahui apa yang bisa dilakukan, bagaimana melakukannya, dan sejauh mana bisa berkontribusi. Mengenai hal ini, saya jadi ingat pesan seorang pembicara seminar pernah berkata, “Hidup adalah tentang memilih ranah permasalahan untuk kemudian memilih untuk berkontribusi pada perbaikannya.”

Keempat, carilah lingkaran-lingkaran pertemanan yang mendukung, yang juga memiliki visi dan misi yang sama dalam memandang suatu permasalahan yang sedang kita soroti. Ini menyenangkan! Sebab, biasanya di lingkaran-lingkaran pertemanan seperti inilah kita bisa lebih mudah mendapat akses terhadap fakta yang terjadi, informasi terbaru, serta mudah juga dalam bahu membahu mewujudkan kebermanfaatan dalam frekuensi yang sama dan atmosfer yang membangun.

Kelima, bergerak dan lakukanlah semuanya dalam rangka bersyukur kepada Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya atas passion yang melekat dalam diri, yang meski hanya dititipi, bukan dimiliki. Jangan biarkan poin satu sampai dengan empat berhenti di angan-angan. 

Kembali lagi pada kalimat Teh Mutia di atas: menjadi bermanfaat itu lebih penting dari pada sekedar mengikuti passion. Semangat ya semuaaa! Semoga Allah mempertemukan kita pada pintu-pintu kebaikan yang akan dengan senang hati kita masuki, dan akan dengan bahagia kita hidupkan untuk kebermanfaatan 😉

Leave a comment