Passionku

Berbicara tentang passion sebenarnya ada banyak hal di pikiran saya yang ingin dilakukan. Tapi yang jelas passion itu ketika tidak dilakukan ada sesuatu yang hilang dan ketika dilakukan hidup ini terasa lengkap sudah. Ceileh kayak sudah menemukan pasangan aja. Iya lho, contohnya gini. Saya dulu semasa S1 terbiasa sibuk dengan keorganisasian dan kepanitiaan. Waktu itu saya mengikuti 5 organisasi sekaligus dan 16 kepanitiaan. Super sibuk! Sampai-sampai nggak sempet galau, tapi tetep aja sih sesibuk apapun disempet-sempetin galaunya ๐Ÿ˜‚ Pernah dalam sebulan saya menghandle 4 events dan saya pun ditunjuk sebagai koordinator. Tetapi saya hanya menyanggupi 2 events sebagai co. dan event yang lain sebagai staff. Karena menjadi koordinator itu tanggung jawabnya cukup berat. Tapi pada satu event akhir-akhirnya sama saja saya seperti menjadi koordinatornya, labelnya aja yang staff, tapi tugas dan tanggung jawabnya sama seperti menjadi koordinator โ€“โ€œ Gimana lagi, wong kalau saya nggak koar-koar dan gerak ekstra nggak jalan-jalan. Kan jadinya gregetan. Nah pada S2 ini saya merasa cukup bosan dengan kepanitian atau keorganisasian, jadi S2 ini saya memutuskan untuk tidak masuk ke dalam organisasi maupun kepanitiaan. Akhirnya, pada semester 1 saya tidak cukup aktif dalam organisasi maupun kepanitian, akan tetapi saat itu seperti ada sesuatu hal yang sepertinya hilang dalam diri saya dan tiba-tiba saya ingin menyibukkan diri dalam suatu organisasi ataupun kepanitiaan. Alhasil pada semester 2 ini saya menduduki beberapa jabatan dalam keorganisasian maupun kepanitiaan, yakni dengan menjadi sekertaris bidang seni dan budaya dalam pengurus AwarDIY, menjadi sekertaris dalam kepanitaan ILC, menjadi wakil ketua festival seni dan budaya, menjadi bendahara awardee FIB UGM, bendahara kelas, dan bendahara kos-kosan ๐Ÿ˜‚ Sibuk sih tapi saya seperti mempunyai wadah untuk menjadi problem solver ketika ada masalah, menyalurkan kemampuan saya dalam pembukuan akuntansi, memberikan ide-ide yang saya miliki dan membuka link pertemanan secara lebih luas. Memang sih berat, tapi saya menikmatinya dan berusaha menjalankannya seamanah mungkin. Pernah dulu saya mengeluh akan banyaknya jobdesk, tapi teman saya memotivasi dengan berkata, โ€œgpp fa, orang tuamu bangga anaknya bisa bermanfaat untuk orang lainโ€. Dari perkataan mbak Ida, saya menjadi lebih tergerak hatinya untuk tetap terus berkontribusi sebaik mungkin. Secapek apapun, sesibuk apapun, dan sebosan apapun akan tetap saya lakukan. Karena disinilah saya bisa menjadi pribadi sesungguhnya yang dapat bermanfaat untuk orang lain.

Leave a comment