Yang Harus Dikasihani

ansefast:

“Kasihan ya mereka. Jadi inget anak-anak di Palestina.” komentarku ketika melihat tayangan liputan kondisi anak-anak di Asmat
“ Lebih kasihan mereka tau mba (menunjuk tayangan). Kalau anak Palestina kan jelas imannya kuat, bahkan mungkin ketika mereka meninggal pun termasuk ke dalam golongan syahid. Sedangkan mereka? Bahkan mungkin mereka belum sempat mengenal dan merasakan indahnya Islam. Ditambah kondisi di sana yang nyatanya penuh dengan kerumitan. Mungkin mereka perlu dikenalkan Islam untuk memecahkan masalahnya kali ya mba. Dan sebenernya, yang lebih pantas dikasihani itu justru kita dibandingkan anak-anak Palestina. Karena iman kita belum tentu sekuat mereka.
“Jleb. Bener bangeeet :”)  ”

Yang harus dikasihani itu kita sendiri.
Merasa sudah menjadi yang terbaik, tapi sebenarnya baru melakukan hal-hal biasa dan tak banyak manfaatnya bagi orang lain. Merasa sudah berkorban banyak, tapi sebenarnya yang dilakukan hanya begitu aja. Merasa sudah sempurna amalnya, tapi sebenarnya masih banyak cacatnya, masih sering maksiatnya. Merasa paling produktif, tapi sebenarnya
masih banyak meruginya, banyak malesnya, banyak lalainya.

Yang harus dikasihani itu diri kita.
Yang kurang bersyukur, banyak ngeluhnya, banyak nunda-nunda, banyak pemakluman ke diri sendiri. Padahal segala kemudahan begitu banyak meliputi.

Yang harus dikasihani itu diri kita.
Yang merasa sudah begitu hebat, padahal aslinya masih sangat cupu. Yang telah merasa keren padahal belum banyak kontribusinya. Yang masih sering kalah sama setan, dan masih sering menuruti hawa nafsunya

Yang harus dikasihani itu diri kita. Tapi seringnya kita ga sadar itu. Terbutakan oleh segala apresiasi dan orientasi duniawi.

Faghfirli ya Rabbi.. Ampuni hamba-Mu yang begitu cupu tapi sok kuat ini~

Leave a comment