choqi-isyraqi:

Quarter Life Crisis
By Choqi Isyraqi

Masih banyak anak-anak muda yang belum paham tentang fenomena QLC (Quarter Life Crisis) ini.

“Abis Kuliah, S2 aja gitu? Apa kerja aja ya? Apa nikah aja gitu? Apa nyoba bisnis dulu aja yah? Atau bikin gerakan sosial dulu yah?” Berbagai macam kegaulauan ini, adalah bentuk dari fenomena QLC ini. Kegalauan untuk menentukan langkah hidup ke depannya.

Banyak anak muda yang punya mindset “Let it flow aja”. Well, hold on bro. Kita gak bisa let it flow aja, tetap harus punya tujuan.

Gini. Misalnya kita ke sebuah terminal. Terus, disana ada berbagai macam bus. Kira-kira, kita milih bus yang mana?Apakah bus yang bagus atau yang kurang bagus? Yang tiketnya mahal atau yang murah? Yang berAC atau enggak? BerWC atau enggak? Tentu, yang paling utama, adalah bus yang sesuai sama tujuan kita, yang lain-lainnya, abis itu nyusul.

Nah, gitu juga sama pilihan hidup. Ibaratnya, abis lulus kuliah, tentu banyak sekali pilihan hidup. Kerja, bisnis, PNS (ini adalah jalan hidup favorit para orangtua), nikah, lanjut kuliah, atau apapun, banyak banget. Pertanyaannya, mana yang kita pilih? Setiap pilihan, akan membawa kita ke tempat berbeda, sama seperti bus-bus di terminal, setiap bus mengantar kita ke setiap pilihan.

Maka, untuk menghadapi permasalahan QLC ini, anak muda wajib menentukan dulu, apa “Tujuan” hidup dia. “The Purpose Of Life” kalau bahasa inggrisnya (cuman translate aja, intinya sama).

Nah, buat ngobrolin QLC ini tentunya gak mudah, perlu proses juga. Coba diskusik atau sharing dengan orang-orang yang juga sudah “mantap” dalam menjalani pilihannya. Sehingga bisa menjadi insight bagi kita.

Saya juga dulu termasuk yang lompat dari satu kerjaan ke kerjaan lain, semata-mata untuk mencoba setiap bidang. Mulai dari jadi guru, karyawan, bikin gerakan sosial, sampai bikin bisnis. Semua, ada + dan – nya.

Berhati-hatilah dalam menentukan langkah. Karena langkah esok hari, bisa berdampak seumur hidup.

===

Terima kasih kepada BMKA Salman yang telah mengadakan acara sharing dan mempertemukan saya dengan orang-orang penuh insight lainnya. Semoga menjadi amal jariyah bagi teman-teman semua.

Cc @nyyooms @arifh16 Dan teh irna.

#QLC

Setelah memasuki QLC makin nyadar waktuku makin habis dan itu artinya mimpi-mimpi pun harus segera terealisasikan.
Pengen punya 5 anak masih bisa nggak ya huhhu

Foto dalam Pandangan Generasi Millennial

alifahsyamsiyah:

Pictures are superior

Peneliti menemukan pola kerja otak manusia dalam mengelola
informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Ada suatu teori yang dikenal dengan
nama “multimodal learning”. Teori ini mengatakan bahwa gambar diproses dalam
beberapa channel dalam otak kita, sehingga membuat informasi yang didapat dari
gambar lebih mudah diingat.

Seorang professor di bidang psikologi dari The University of
Western Ontario, Allan Paivio, adalah yang pertama kali memperkenalkan teori “dual-coding”.
Berdasarkan teori ini, informasi visual dan verbal disimpan dalam tempat yang
berbeda dalam memori kita. Konsep yang didapat dari gambar akan diproses secara
visual dan verbal, sedangkan konsep dari tulisan hanya disimpan dalam bentuk
verbal saja. Itulah mengapa kita bisa mengingat informasi dari gambar enam kali
lebih baik dibandingkan informasi dari tulisan saja.

Lebih lanjut lagi, suatu penelitian menunjukkan bahwa
manusia dapat mengingat lebih dari 2500 gambar dengan akurasi 90% meskipun tiap
gambar itu hanya ditampilkan dalam waktu 10 detik.

Hey, sounds familiar
bukankah suatu media sosial berbasis gambar dan video (you must know what I mean) menetapkan batas 15 detik per postingannya?
Tentu saja mereka belajar dari teori-teori seperti ini.

Memajang foto, bolehkah?

Saat masih di kampus dulu, saya sempat tergelitik melihat
suatu poster dari organisasi keislaman kampus mengenai pemilihan ketua dan
kaput (ketua keputrian) untuk periode baru. Di poster itu foto calon ketuanya
ditampilkan dengan jelas, tapi foto calon kaputnya hanya berupa kartun atau
gambar bunga. Saya yang masih polos pun bertanya ke senior saya, “Kenapa bisa
begitu Kak?” Saya ingat jawaban senior saya saat itu adalah karena sebagai
perempuan kita harus menjaga aurat kita, termasuk dalam bentuk gambar. Katanya,
otak kaum adam itu ajaib sekali, jangankan gambar, melihat sepatu dari
perempuan yang dikasihinya pun hati mereka bisa berdegup kencang. Wah bisa
begitu ya.

Setelah menikah, saya senang sekali memajang foto pernikahan
di kamar. Sekedar foto kecil, yang mengobati rasa rindu saya yang saat itu
masih hidup berjauhan dengan Abang. Hal itu masih berlanjut sampai akhirnya
Abang menonton kajian keislaman tentang hukum memajang foto. Kalau lukisan bergambar
makhluk sudah jelas keharamannya karena sama saja dengan berusaha menyaingi
karya Allah yang Maha Sempurna. Tetapi terkait foto ini masih banyak
persinggungan di kalangan ulama. Berdasarkan jumhur ulama yang mahsyur, mengambil
foto tidaklah terlarang, karena gambar pada foto sama saja dengan bayangan yang
terlihat saat kita sedang bercermin—yang artinya tak ada upaya untuk mereka
ulang ciptaan Tuhan. Meletakkannya di dalam album foto pun tidak terlarang. Namun
untuk sampai memajangnya, nyatalah masih ada perdebatan berkisar hal tersebut. Hmm,
kira-kira mengapa ya menyimpan foto dalam album diperbolehkan, tapi memajangnya
termasuk hal yang syubhat?

Tak hanya terkait dengan hal syubhat, memajang foto di media
sosial juga bisa mengundang orang lain yang tidak senang dengan kita untuk
melakukan hal-hal gaib. Weew, zaman modern gini emang ada santet-santetan? Awalnya
saya juga tidak percaya, sampai akhirnya saya mendengarkan kajian tentang
gangguan jin. Tidak hanya kecemasan, bahkan jin yang dikirim itu bisa
menimbulkan penyakit berat seperti kanker. Naudzubillahi min dzaliq T.T

Put it into context

Sebagai generasi millennial, kita dihadapkan dengan berbagai
fasilitas untuk berbagi. Berbagi bisa apa saja. Berbagi cerita lucu hari ini,
berbagi aktivitas yang kita lakukan pagi ini, berbagi pemandangan yang kita
lihat saat ini, berbagi apapun…

Berbagi identik dengan hal yang baik, tapi apakah bijak jika
semua aktivitas kita (bahkan yang sifatnya sangat pribadi) juga disebarkan ke
seluruh penjuru dunia? Tidakkah ada setitik rasa jumawa ketika postingan itu
berhasil dilihat oleh banyak orang, di-like dan di-comment oleh jutaan umat
manusia? Apakah niat baik itu tidak menyimpang ditengah-tengah saat postingan
kita dipuji oleh teman-teman kita? Well, itu tentu kembali lagi ke diri kita.

Tapi, tetap saja ada hal yang tidak bisa kita kontrol oleh
diri kita sendiri. Tentang bagaimana orang lain memandang cerita kita, tentang bagaimana
orang lain “memanfaatkan” foto kita untuk kepentingannya. Kita tidak bisa melarangnya
berbuat tidak baik kepada diri kita, tapi kita bisa mencegah agar hal itu tidak
terjadi. Dengan tetap rendah hati, meski hanya dalam sebentuk foto… insya
Allah.

Semoga kita bukan
hanya termasuk generasi millennial, tapi generasi millennial yang rendah hati,
bijak dalam menyebarkan informasi, dan cerdas dalam menggunakan teknologi.

Ps. Teori-teori di atas didapatkan dari buku “Talk Like Ted”,
Carmine Gallo.

 

tika-teki:

octaraisa:

edgarhamas:

Darimana Kita Memulai Untuk Mentadabburi Sejarah Islam?

@edgarhamas

Beberapa waktu lalu, saya membuat Instagram Story tentang “3 Hal yang Menjadikan Sejarah Islam Inspirasi Hidupmu”, dan banyak teman-teman yang kemudian menanyakan, bukan bermaksud apa-apa, namun mereka merasa nyaman dengan sajian tadabbur sejarah yang sering kami tulis. Alhamdulillah.

Saya ingin sampaikan kepada teman-teman, mentadabburi sejarah itu seperti nonton film atau membaca novel. Bedanya, yang ini kenyataan, dan lebih menginspirasi. Permasalahannya adalah, masih sedikit sejarawan muslim yang menyajikan konten-konten sejarah dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Pun, banyak sekali sejarawan ini yang berfokus tentang hal yang bertele-tele, seperti tanggal dan tahun yang begitu banyak, tokoh yang begitu rumit dikenali, dan pemilihan bahasan yang terlalu berat, seperti konflik kerajaan, politik, silsilah, dan banyak lagi; walaupun sebenarnya itu penting, namun takutnya, kita malah kehilangan hikmahnya.

Maka dari itu, izinkan dalam tulisan ini, saya ingin mengusulkan poin-poin, yang saya menikmatinya, tentang bagaimana dan darimana kita akan asyik mentadabburi sejarah.

Pertama, Mulailah dari Rasulullah ﷺ

Perjalanan hidup Rasulullah ﷺ itu, cool banget. Sangat menginspirasi. Hanya dalam waktu 22 tahun, seorang lelaki di kota tengah padang pasir Arabia, menjadi tokoh yang dikagumi oleh bangsa-bangsa di penjuru bumi.

Bacalah karakter Rasulullah ﷺ, kehebatannya, sifat-sifat beliau ﷺ yang diabadikan dalam Al Qur’an dan hadits. Penting: bacalah dengan sudut pandang kamu ingin mengenal seseorang yang kamu sangat menggemarinya. Buku-buku karya Ust Salim A Fillah akan menemanimu mengenal Rasulullah ﷺ dengan lebih bersahabat.

Kedua, kenali 10 Shahabat yang Dijamin Masuk Surga

Generasi Shahabat itu ada 100 ribu. Semuanya hebat-hebat, semuanya keren-keren, semuanya menggugah. Namun, ringkasannya bisa kamu dapatkan pada 10 sahabat yang dijamin masuk Surga. Mereka bukan nabi, bukan juga rasul, namun karakter dan perjalanan hidupnya akan mengilhami siapapun yang membacanya.

Seorang bisnisman akan nge-fans dengan Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf. Seorang aktivis pasti suka dengan gaya Umar yang jenius dan Abu Bakar yang prestatif. Seorang ilmuwan pasti akan jatuh cinta pada kehebatan Ali menganalisa dan menghasilkan fatwa. Dan masih banyak lagi.

Saya jatuh cinta pada 10 Shahabat ini ketika buku “10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga” yang ditulis oleh Muhammad Ahmad Isa. Tidak tebal, tapi bagus sekali penyampaiannya.

Ketiga, generasi sahabat pada umumnya.

Selain 10 sahabat yang dijamin masuk surga, masih sangat banyak sahabat-sahabat Rasulullah yang membuat saya pribadi tergugah untuk selalu menjadi pribadi yang hebat. Salman Al Farisi misalnya, sang pencari kebenaran. Bilal misalnya, seorang yang kokoh dalam keyakinan. Khalid bin Walid, The Warrior. Amr bin Ash, sang diplomat ulung.

Untuk membacanya, selalu, buku yang saya usulkan ke teman-teman adalah Biografi 60 Shahabat Rasulullah ﷺ karya Khalid Muhammad Khalid.

Keempat, tentang Pahlawan-pahlawan Islam sepeninggal Rasulullah.

Ini dia, yang masih harus banyak digarap oleh para sejarawan muslim. Generasi emas umat Islam tidak hanya menjadi gelar sahabat saja. Nyatanya, para pahlawan yang hidup di zaman keemasan Islam adalah tokoh-tokoh yang sangat enerjik dan mengagumkan. Seperti Imam Syafi’i, Nizamul Mulk, Shalahuddin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, dan banyak lagi.

Ada banyak buku-buku yang membahas tentang pahlawan Islam ini, saya tidak bisa memilihkan salah satunya, sebab saya masih jatuh cinta pada buku “Miah Udzama Ummatil Islam Ghayyaru Majra At Tarikh” (100 Tokoh Umat Islam yang Mengubah Sejarah) karya Jihad Turbani.

Entah, sampai sekarang belum ada yang menerjemahkan, atau apa saya yang tidak tahu. Sebenarnya ada penerbit yang sudah menerjemahkan, namun belakangan diketahui belum minta izin ke Jihad Turbani. Ah, sayang sekali.

Teman-teman tapi masih bisa melihat terjemahan video-video Jihad Turbani dalam channel YouTube beliau, (جهاد الترباني) insyallah ada yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia walaupun belum semuanya.

Kelima, tentang Peradaban Islam

Teman-teman, kamu mungkin belum sepenuhnya percaya, dulu itu orang-orang Eropa disebut gaul kalo mereka pake bahasa Arab. Dulu itu, mata uang Islam jadi mata uang internasional, kapal-kapal kita ada di pelabuhan Italia, Inggris dan Perancis. Amerika Serikat pernah membayar pajak pada negeri Islam 70 tahun lamanya.

Darimana kita mengetahui itu? Dari bacaan-bacaan kita tentang peradaban Islam. Sejauh ini, pembahasan ini sangatlah sedikit dan masih perlu dikembangkan. Saya bertekad bisa mewujudkannya. Doakan yaa.

Namun, sebagai pembuka, teman-teman bisa membaca buku “Lost Islamic History” karya Firas Al Khateeb yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Banyak juha channel-channel YouTube yang membahas tentang peradaban Islam yang hebat ini. Search saja dengan keyword yang tepat.

Masih sangat banyak, fakta-fakta hebat Sejarah Islam yang jika kita mentadabburinya, akan membuat kita benar-benar bangga menjadi muslim, membuat kita bangun dari amnesia 500 tahun ini, dan kembali merebut takdir kemenangan kita.

👍💞

Noted

Nak, kedewasaan seseorang dalam beragama tidak bisa di ukur dari seberapa rajin dia ke mesjid, tidak bisa diukur dari seberapa sering dia tahajud, seberapa sering dia dhuha, seberapa sering dia mengkhatamkan Al-Qur’an, seberapa sering dia haji, seberapa sering dia umroh.

Tapi di ukur dari seberapa besar tingkat kedewasaan yang sudah dia capai, yang itu semua terwujud dengan mengamalkan ilmunya, salah satunya AKHLAQ.

Ada orang yang rajin shalatnya, bahkan sampai kapalan, akan tetapi keras hatinya, tidak bersahabat, senyum saja susah, bahkan tidak suka kepada orang yang berbeda sudut pandang dengan dirinya.

Alangkah banyak manusia yang menjaga diri dari perbuatan maksiat, namun lidahnya ‘menyembelih’ kehormatan orang-orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Dia tidak peduli dengan apa yang sedang ia ucapkan. La haula wa la quwwata illa bilahil-‘aliyyil-‘azhim.

Iman, aqidah dan akhlaq harus beriringan, nak.

Bapak (via gsatriaandika)

shafiranoorlatifah:

“Apakah kamu mau menjadi seorang bidadari?”

Pertanyaan ini muncul di hari Selasa sore kemarin saat kajian Kitab Tuhfatul ‘Arusyain, yang selalu dihadiri lebih ramai dibanding hari-hari lainnya. Kajian ini biasanya disampaikan oleh Ustad Afri Andiarto, yang saya kenali sebagai seorang guru merangkap kakak yang baik, yang mau menyampaikan ilmu, dan mengabdikan dirinya bermanfaat untuk ummat melalui jalan dakwah seperti ini. Beliau masih muda (alumni UNAIR angkatan 2008), sudah berkeluarga, dan saat ini bekerja di Rektorat UNAIR bagian kemahasiswaan. Takjub sekali dengan kegiatan dakwah Ustad Afri di mana-mana, sampai mikir apakah beliau punya waktu istirahat untuk diri sendiri.

Setiap Ustad Afri yang menyampaikan materi, saya merasa kata-kata beliau dapat dengan mudah dipahami dan masuk ke dalam hati saya. Mungkin karena beliau pun selalu menekankan bahwa berdakwah itu harus sesuai dengan ‘penonton’nya, ilmu sebaik apapun yang disampaikan akan sia-sia bila cara penyampaiannya tidak sesuai dengan kemampuan menangkap ‘penonton’nya.

Dan sore hari itu, beliau menyampaikan tentang “Saat Kau Menjadi Bidadariku”, dibuka dengan sebuah pertanyaan menurut kalian apakah definisi bidadari itu? dan beliau meminta kami untuk menuliskannya di selembar kertas.

Nah, coba warganet yang baca juga mendefinisikan arti bidadari di mata masing-masing, sebelum lanjut membaca tulisan ini.

Bagi saya pribadi, bidadari adalah sesosok yang berakhlaq mulia, yang dengan berada di dekatnya dapat menjadikan hati tentram, melihatnya menjadikan jiwa tenang, dan memilikinya membuat diri sangat bersyukur.

Berdasarkan Al-Quran surah Ar-Rahman ayat 70, bidadari didefinisikan sebagai berikut.

فِيهِنَّ خَيْرَٰتٌ حِسَانٌ
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (Ar-Rahman 55:70)

Yang pertama kali disebutkan adalah خيرات yang dapat dimaknakan baik akhlaqnya, dan yang kedua adalah حسان yang dimaknakan cantik parasnya.

Kemudian dijelaskan lagi di ayat selanjutnya.
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. 

(Ar-Rahman 55:74)

Bidadari ini memang makhluk Allah yang ditunjuk untuk menghuni surga dari wujud yang baik. Yang telah dijelaskan dalam berbagai dalil bahwa bidadari ini diperuntukkan bagi laki-laki yang beriman ketika di surga kelak.

Dari beberapa penjelasan di atas, pasti sebagai kaum wanita bertanya-tanya.

Kok laki-laki dapat selain saya nantinya, kok jadi cemburu ya sama bidadari?

Hehe. Ada ngga ya yang mikir kayak gitu? Saya sih jujur sempet berpikiran begitu. Dan inilah tujuannya dari majelis ilmu, untuk belajar lebih dalam.

Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Jika laki-laki dijanjikan semisal ini maka mereka akan lebih semangat dan berupaya dalam mencari akhirat dan tidak adanya kecondongan terhadap dunia karena bisa menghalangi mereka dengan berlomba-lomba menuju kebaikan.

Wanita umumnya mengikuti laki-laki. Jika laki-laki (dijanjikan) diberikan bidadari di surga, bersamaan dengan itu, Allah juga menjanjikan bagi wanita yang beriman kebaikan yang besar dan kedudukan yang tinggi di surga.

Istri yang taat kepada suaminya, ia akan menjadi ratu daripada bidadari-bidadari sang suami di akhirat.

Riwayat dari Ummu Salamah menegaskan ganjaran Muslimah di surga nanti para Muslimah justru akan lebih cantik dari bidadari di surga, sehingga terkadang bidadari tidak ditoleh oleh suaminya sedikitpun.

Dan untuk menjadi seorang wanita dan istri yang taat, kita bisa belajar dari deskripsi bidadari yang dituliskan Allah dalam Al-Quran.

Karakter utama bidadari adalah akhlaqnya.
Menjadi seorang wanita yang berakhlaq mulia adalah sebuah kewajiban jika kita ingin menjadi bidadari dunia. Berakhlaq bukan hanya perkara ibadah sholat dan puasa, namun seorang wanita juga harus terjaga sikapnya. Tidak suka nongkrong dipinggir jalan bersama laki-laki, dan tidak suka tertawa keras, misalnya.

Perempuan beriman itu bermartabat dihadapan Allah, dan berwibawa dihadapan manusia.

Karakter  penting lainnya adalah paras.
Kecantikan paras perempuan ini dapat diusahakan. Jika ingin menjadi bidadari di bumi, jadilah wanita yang sangat menjaga kehormatan dan kesucian diri. Jadilah perempuan yang tidak gampang tergoda bujuk rayu, tidak goyah terkena gombalan. Jangan menjadi wanita yang mudah dipermainkan. Jangan mudah dipegang dan disentuh laki-laki. Bila perempuan itu terjaga, jin pun tidak sanggup menyentuhnya.

Juga harus bersikap tegas kepada laki-laki yang tidak jelas arah pembicaraannya.

Saat haid pun tetap berdzikir sehingga diri akan selalu terjaga, karena Muslimah yang baik bacaan dzikirnya selalu terjaga.

Dan bagi siapa saja yang hendak atau mungkin sudah menikah.
Berakhlaqlah dengan akhlaq terbaik dihadapan suami.
Selalulah rindu kepada suami dan menjadi sosok yang paling mencintai dan dicintai suaminya.

Ketika sudah menjadi istri, curahkanlah semua cinta kepada suami. Supaya para bidadari cemburu.

Jadilah yang menyenangkan ketika suami melihatmu.
Jadilah yang taat ketika diperintah suamimu.
Dan bisa menjaga diri ketika ditinggal keluar rumah oleh suamimu kelak.

Dan ingatlah.
Semua pertalian di dunia akan menjadi musuh pada hari kiamat kelak. Bahkan orang tua dan anak, juga suami dan istri.
Kecuali orang-orang yang bertaqwa. Yang menjadikan Allah sebagai landasan pertalian tersebut.
Ketika seorang suami melihat sang istri berbuat ingkar maka wajib baginya untuk berlaku tegas. Ketika seorang ayah melihat seorang anaknya berlaku maksiat, maka wajib untuk bersikap tegas. Supaya nanti tetap terikat pada hari kiamat kelak.

Jadi, begitu penting bagi kita untuk mengenali sosok bidadari ini. Supaya dapat menjadi sebaik-baiknya wanita dan istri solehah kebanggaan suami. Sehingga kelak dapat menjadi ratu dari para bidadari di surga.

Penting juga bagi para kaum lelaki untuk memahami bahwa yang terpenting itu akhlaqnya, karena dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah (HR. Muslim)

Begitulah sedikit ringkasan dari kajian sore kemarin.
Dan pada akhirnya, saya merasa cukup tertampar.
Apakah saya sudah menjadi wanita yang berakhlaq baik dan pantas dijadikan pilihan sebagai seorang istri nantinya?

Belum selesai dengan satu perenungan, saya kembali disadarkan satu hal.
Selepas kajian, saya kembali terlibat dalam diskusi serius.

Teman: “Kenapa kok ngga mau ikut sholawatan besok?”
Saya: “Belum merasa pas, dan rasanya belum nyaman.”
Teman: “Ngga papa, hijrah itu pelan-pelan. Dijalanin sedikit-sedikit. Tapi bukan berarti menolak kebaikan, setidaknya ada perubahan.”
Saya: “Udah pernah nyoba, tapi rasanya tetep ngga masuk. Mungkin masih adaptasi. Tapi sekarang sudah merasa jauh lebih baik. Dulu selalu ngerasa sholat sama puasa yang sudah dilakukan sia-sia.”
Teman: “Ngga boleh gitu. Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Aku denger ini dari seorang buya, kalau sebenarnya bukan kita yang tidak mau mendatangi ibadah itu, tapi ibadah itu yang tidak mau mendatangi kita karena banyaknya maksiat yang telah kita lakukan. Pernah denger ngga?”
Saya: “………” *lagi-lagi tertampar*

Emang wanita. Dikit-dikit mikir.
Lama-lama kebanyakan mikir, tapi ya nggak berubah. Sedih ya.
*talk to my self*

Di awal tahun yang baru ini, adalah suatu momentum yang tepat untuk bermuhasabah diri dan memperbaiki diri, serta menebus kesalahan yang telah lalu. Berusahalah. Berusaha menjadi bidadari di bumi. Agar Allah selalu menyertai. Berbenahlah selagi ada kesempatan. Mendekatlah kepada orang-orang yang dapat memotivasimu untuk tidak melakukan kesalahan yang sama kembali. Sungguh, akan sangat bahagia rasanya dikelilingi oleh lingkungan yang selalu mendukungmu untuk berubah lebih baik dan saling berbagi manfaat.

So, yes.
I’m sure I want to be your hardest-goodbye-angle, my future husband!

*rekaman kajian ini dapat diunduh di sini, terimakasih mba @hestindwii yang walaupun capek pulang kerja tapi tetap menyempatkan datang kajian dan merekam setiap kajian sore, barakallah.

Selalu sertakan istikhoroh dalam setiap pilihan penting hidup

Jika tujuanmu hanya sekedar mencari yang cantik, apa bedanya perempuan yang berkerudung dengan perempuan yang rambutnya terurai lebat lagi hitam, yang setiap mata bisa memandangnya ? Lebih cantik menarik yang tak berkerudung kan?

Jika orientasimu hanya pada harta juga tampannya seorang pria, apa bedanya dengan laki-laki yang ada di gedung tinggi lagi berdasi dan dilirik kanan kiri oleh para wanita, sedang hatinya mati


Ketauhilah, ketika seorang anak meninggal karena kelaparan, maka seorang ayah lebih bertanggung jawab atasnya. Namun, ketika seorang anak rusak akhlaqnya, maka seorang ibu lebih bertanggung jawab atasnya.

Mencari jangan hanya sekedar mencari, juga bukan sekedar untuk kepuasan dan standar hidupmu, tapi untuk keselamatan dirimu dan keluargamu ketika sudah terbaring kaku di kubur. Carilah yang bisa menjadikan keluarga dunia layaknya syurga, mendidik akhlaq dengan sebaik baik pendidikan akhlaq.

Untukmu dan untukku, mari selalu sertakan istikhoroh dalam setiap pilihan penting hidup.
Karena tak pernah ada penyesalan atas pilihan yang dikuatkan dengan istikhoroh, agar rencanamu dan rencanaNya bisa bersatu dalam muara keberkahan
@jndmmsyhd

Untuk kebaikan dunia juga akhiratmu, agar kebaikan yang sudah terjaga dapat terwariskan dan terabadikan hingga anak cucu

#parenting #reminder

(via jndmmsyhd)

Surat Cinta untuk Saudariku

miftahmief:

Ukhti….

Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang, atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan.., bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan dikagumi oleh banyak ikhwan.

Ukhti….

Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir

Ukhti

Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu dilewati dengan rasa rindu menuju Tuhanmu dengan bangun ditengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina-bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.

Ukhti….

Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat….!!!

Ukhti….

 

Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukkan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.

Ukhti….

Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman,saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan islam.

Ukhti….

Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Kholikmu, antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak-abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….??!!

Ukhti….

Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infaqmu ke mesjid atau mushola, sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan mengkhawatirkan, tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan, maukah antum diberi rizqi sepelit itu..?

Ukhti….

Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunah senin-kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa dibohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk dilaksankan tapi, semangat ruhani tanpa disadari turun drastis, puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa senin-kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

Ukhti….

Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan, kalau itu kenyataanya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah.

Ukhti….

Rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti Rasulullah SAW sebagai panutanmu.

Ukhti….

Apakah kebiasaan buruk masih ada dan hinggap dalam diri antum, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya akan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang biruwalidain, kalau memang itu terjadi, jadi sampai kapan, mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah.

Ukhti….

Apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandanganmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar.

 

Ukhti….

Muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus dilakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja.

(dari seorang teman yang selalu mengingatkan..)

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Yang Harus Dikasihani

ansefast:

“Kasihan ya mereka. Jadi inget anak-anak di Palestina.” komentarku ketika melihat tayangan liputan kondisi anak-anak di Asmat
“ Lebih kasihan mereka tau mba (menunjuk tayangan). Kalau anak Palestina kan jelas imannya kuat, bahkan mungkin ketika mereka meninggal pun termasuk ke dalam golongan syahid. Sedangkan mereka? Bahkan mungkin mereka belum sempat mengenal dan merasakan indahnya Islam. Ditambah kondisi di sana yang nyatanya penuh dengan kerumitan. Mungkin mereka perlu dikenalkan Islam untuk memecahkan masalahnya kali ya mba. Dan sebenernya, yang lebih pantas dikasihani itu justru kita dibandingkan anak-anak Palestina. Karena iman kita belum tentu sekuat mereka.
“Jleb. Bener bangeeet :”)  ”

Yang harus dikasihani itu kita sendiri.
Merasa sudah menjadi yang terbaik, tapi sebenarnya baru melakukan hal-hal biasa dan tak banyak manfaatnya bagi orang lain. Merasa sudah berkorban banyak, tapi sebenarnya yang dilakukan hanya begitu aja. Merasa sudah sempurna amalnya, tapi sebenarnya masih banyak cacatnya, masih sering maksiatnya. Merasa paling produktif, tapi sebenarnya
masih banyak meruginya, banyak malesnya, banyak lalainya.

Yang harus dikasihani itu diri kita.
Yang kurang bersyukur, banyak ngeluhnya, banyak nunda-nunda, banyak pemakluman ke diri sendiri. Padahal segala kemudahan begitu banyak meliputi.

Yang harus dikasihani itu diri kita.
Yang merasa sudah begitu hebat, padahal aslinya masih sangat cupu. Yang telah merasa keren padahal belum banyak kontribusinya. Yang masih sering kalah sama setan, dan masih sering menuruti hawa nafsunya

Yang harus dikasihani itu diri kita. Tapi seringnya kita ga sadar itu. Terbutakan oleh segala apresiasi dan orientasi duniawi.

Faghfirli ya Rabbi.. Ampuni hamba-Mu yang begitu cupu tapi sok kuat ini~

inspirasi-islami:

Seseorang tidak akan mendapatkan predikat ketaqwaan sampai dia melakukan muhasabah kepada dirinya lebih ketat dibanding seorang teman yang bermuhasabh terhadap temannya. – Hasan Al-Bashri

Muhasabah adalah perenungan diri terhadap apa yang telah dijalani selama ini. Mengevaluasi apa yang sebelum-sebelumnya telah terjadi. Untuk bertujuan terus memperbaiki diri. Maka seharusnya kita perbanyak muhasabah diri bukan membicarakan teman di sana sini. Semoga dengan muhasabah, diri menjadi lebih baik dari hari ke hari.